PALING menarik barangkaii apa yang dipresentasikan perupa Hendrawan Riyanto. Dengan pertunjukan berjudul Keluarga Pisang, Riyanto menciptakan ritual untuk mendukung kritiknya pada penyerahan diri secara
berlebihan terhadap dunia industri. Ia berangkat dari kehidupan para tetangganya,
yang memang dilibatkan dalam ritual ini, sebagai pedagang ketupat-tahu,
satpam, dan tukang becak. "Semua mereka ini kalau ngumpul suka makan
bersama, membuat sambal serta pemanfaatan berbagai hal yang berhubungan
dengan pisang," kata Riyanto.
Ritual membuat sambal tomat dan makan bersama benarbenar "dipindankan"
Riyanto ke pentas, yang kemudian di-am-diam memunculkan rasa lapar. Maka ketika
dia menawarkan makanan itu, secepat kilat tawarannya disambut dengan bergerumbulnya
penonton untuk mengambil makanan. Dan makanl Makan dalam kebudayaan bangsa
mana pun menjadi sebuah ritual yang jarang sekali menyadarkan kita pada
kehidupan agraris yang menjadi latar bclakangannya.
Pohon pisang dalam kacamata Riyanto telah menjadi ikon untuk menyampaikan dunia agrikultur yang selama ini
mendukung ritual makan-memakan tadi. Dan ketika ia menyelipkan robot-robot
mainar. di balik pohon pisang - dibentuk dari orang-orang-maka jelaslah
kritiknya pada ketidakpedulian kita kepada dunia agrikultur karena "penghambaan"
berlebihan kepada materialisme. (CAN)
W. Christiawan (Indonesia)
©ARAIart.jp